Jumat, 21 Mei 2010Budiono Darsono, penemu dan pemilik website Detik. Com dalam be part of experience yang digelar Beswan Djarum di Auditorium Toyib, Kampus IPB Darmaga (20/5) menginspirasi ratusan mahasiswa IPB untuk berwirausaha. Dengan keahliannya menjual berita real time di dunia maya, nilai tawar media massa online detik.com saat ini mencapai 550 milyar rupiah.
Budi mengatakan revolusi digital (internet) memberikan kesetaraan bagi setiap orang dan terbuka lebar peluang untuk wirausaha. “Hadirnya teknologi internet yang diinterpretasikan dengan website, memberikan kesempatan yang tak terbatas bagi setiap orang untuk kepentingan apapun. Dari webnya Inul sampai webnya SBY,” ujarnya.
Karena pesatnya perkembangan teknologi, keterpurukan Budi sebagai jurnalis cetak berubah. Motto yang dianut adalah Amati, Tiru dan Modifikasi (ATM). Budi meniru media online lain yang sudah lahir yakni republika.co.id, kompas.com dan tempointeraktif.com. Belajar dari ketiga media tersebut, Budi memodifikasi dengan menerbitkan berita secara real time per detik.
“Waktu itu, 1998 bertepatan dengan tragedi Semanggi, Republika dan Kompas mengonlinekan edisi cetaknya dengan jeda satu hari, sedangkan tempo selang 1 minggu. Saya memodifikasi dengan memberikan berita-berita yang baru saja berlangsung. Hasilnya, 37 iklan masuk ke web saya,” ujarnya.
Dengan mengusung konsep breaking news, ATM Budi menjadi mesin uang. Modal awal hanya berupa 1 tape recorder, seorang pimpinan redaksi yang merangkap reporter (Budiono Darsono) dan kantor seluas 4 x 4 meter.
Tiga tahun kemudian Budi melakukan perubahan tampilan dengan mengurangi jumlah iklan namun menaikkan rate iklan 800 kali lipat. “Jumlah page views detik.com rata-rata mencapai 7 juta orang per hari, rekor tertinggi waktu mbah Surip meninggal yakni 42 juta orang. Akbitnya iklan yang datang sangat banyak bahkan ngantri padahal harganya saya naikkan,” tuturnya.
Saat ini, dalam sebulan, omzet detik.com mencapai 11 milyar rupiah. Bahkan semalam salah seorang pengusaha menawar 550 milyar rupiah.
“Saya belum mau melepas detik.com sebelum angkanya mencapai 1 triliun rupiah. Bukankah perkembangan bisnis ini menggiurkan?” tanyanya yang disambut tepuk tangan meriah mahasiswa IPB.
Sementara, dalam sambutannya, Direktur Kemahasiswaan IPB, Dr. Rimbawan mengatakan sebagai bagian dari upaya pengembangan jiwa kewirausahaan, 120 kelompok mahasiswa IPB berhasil mendapatkan dana dari DIKTI dalam Pekan Kewirausahaan Mahasiswa (PKM). “Jumlah total dana tersebut merupakan terbesar di antara Perguruan Tinggi lain di Indonesia,” ujarnya.(zul)
sumber: www.ipb.ac.id
Budi mengatakan revolusi digital (internet) memberikan kesetaraan bagi setiap orang dan terbuka lebar peluang untuk wirausaha. “Hadirnya teknologi internet yang diinterpretasikan dengan website, memberikan kesempatan yang tak terbatas bagi setiap orang untuk kepentingan apapun. Dari webnya Inul sampai webnya SBY,” ujarnya.
Karena pesatnya perkembangan teknologi, keterpurukan Budi sebagai jurnalis cetak berubah. Motto yang dianut adalah Amati, Tiru dan Modifikasi (ATM). Budi meniru media online lain yang sudah lahir yakni republika.co.id, kompas.com dan tempointeraktif.com. Belajar dari ketiga media tersebut, Budi memodifikasi dengan menerbitkan berita secara real time per detik.
“Waktu itu, 1998 bertepatan dengan tragedi Semanggi, Republika dan Kompas mengonlinekan edisi cetaknya dengan jeda satu hari, sedangkan tempo selang 1 minggu. Saya memodifikasi dengan memberikan berita-berita yang baru saja berlangsung. Hasilnya, 37 iklan masuk ke web saya,” ujarnya.
Dengan mengusung konsep breaking news, ATM Budi menjadi mesin uang. Modal awal hanya berupa 1 tape recorder, seorang pimpinan redaksi yang merangkap reporter (Budiono Darsono) dan kantor seluas 4 x 4 meter.
Tiga tahun kemudian Budi melakukan perubahan tampilan dengan mengurangi jumlah iklan namun menaikkan rate iklan 800 kali lipat. “Jumlah page views detik.com rata-rata mencapai 7 juta orang per hari, rekor tertinggi waktu mbah Surip meninggal yakni 42 juta orang. Akbitnya iklan yang datang sangat banyak bahkan ngantri padahal harganya saya naikkan,” tuturnya.
Saat ini, dalam sebulan, omzet detik.com mencapai 11 milyar rupiah. Bahkan semalam salah seorang pengusaha menawar 550 milyar rupiah.
“Saya belum mau melepas detik.com sebelum angkanya mencapai 1 triliun rupiah. Bukankah perkembangan bisnis ini menggiurkan?” tanyanya yang disambut tepuk tangan meriah mahasiswa IPB.
Sementara, dalam sambutannya, Direktur Kemahasiswaan IPB, Dr. Rimbawan mengatakan sebagai bagian dari upaya pengembangan jiwa kewirausahaan, 120 kelompok mahasiswa IPB berhasil mendapatkan dana dari DIKTI dalam Pekan Kewirausahaan Mahasiswa (PKM). “Jumlah total dana tersebut merupakan terbesar di antara Perguruan Tinggi lain di Indonesia,” ujarnya.(zul)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar