Kini jamannya pengkhususan. Jaman dulu, seorang dokter dianggap sanggup mengerjakan semua hal. Kini, ada dokter yang khusus menangani masalah penyakit hidung yang berbeda dengan dokter khusus yang menangani kulit. Guru SD saya dulu hanya satu orang yang mengajarkan semua disiplin ilmu, kini satu kelas bisa memiliki 10 guru sesuai bidangnya. Kini masing-masing menguasai bidangnya secara khusus.
Inilah perilaku manusia modern yang ingin selalu mendapatkan kegampangan/kemudahan. Manusia modern ingin serba istimewa dan istimewa. Dulu, kita menggunakan asal sabun mandi, kini sabun mandi yang ada adalah sabun dengan fungsi-fungsi yang khusus, untuk kecantikan, untuk kulit tertentu bahkan ada sabun mandi yang seolah-olah perduli dengan Kesehatan saja.
Satu untuk semua
Jika kita haus, dan ingin membeli minuman botol, kini sudah tersedia dengan berbagai jenis merek dan keistimewaan. Dulu Teh Botol Sosro adalah satu-satunya produk dari perusahaan yang mengeluarkannya. Pepsoden dulunya hanya memiliki satu jenis produk dengan kemasasn kotak berwarna merah dan putih saja.
Koran jaman dulu biasanya adalah Koran Umum, yang memuat semua berita. Pensil yang kita pakai dahulu hanya satu jenis saja. Sepatu olahraga yang ada juga satu untuk semua. Pabrik sikat gigi dulu hanya memproduksi satu jenis sikat untuk semua jenis gigi.
Konsep pemasaran masal yang memproduksi satu jenis untuk semua pasar sudah banyak ditinggalkan. Perkembangan tuntutan pasar dan persaiangan memaksa produsen untuk menciptakan spesialisasi-spesialisasi demi menjaga dan mengembangkan bisnis. Pasar semakin jeli dan memahami kekhususan itu, daya beli meningkat dan kemauan mereka semakin spesifik.
Satu untuk Satu
Alasan untuk menguasai pasar dan menguasai persaingan mengantarkan para produsen menciptakan kekhususan produk. Salah satu pemain yang piawai menggunakan pemasaran ini adalah Unilever. Di Indonesia, Unilever memiliki 4 merek Shampoo untuk 4 segmen konsumen yang berbeda. Ada Sunsilk untuk mereka (khususnya perempuan) yang memiliki rambut hitam panjang dengan masing – masing manfaat yang ditawarkannya, ada Clear untuk kaum muda (pria & wanita) dengan manfaat utama anti ketombe, ada Lifebuoy yang dulunya adalah merek sabun tapi dikembangkan menjadi shampoo untuk keluarga yang ingin memiliki rambut sehat, harum dan bebas kuman, serta Dove untuk mengatasi rambut masa kini dengan segala masalahnya (khususnya rambut rusak, rambut yang menggunakan hair coloring, dll). Di negara lain kalau anda mengetahui merek LUX, ternyata juga ada shampoo dari Unilever yang menggunakan merek ini.
Kalau pemasaran massal memproduksi hanya satu jenis shampoo untuk siapa saja, namun ada konsumen tertentu yang merasa bahwa shampoo ini tidak menjawab kebutuhan mereka dalam hal tertentu. Dalam hal ini 4 segmen pengguna shampoo dari Unilever adalah contoh dunia konsumen dengan kebutuhan, keinginan serta problematika masing – masing dalam hal merawat rambut.
Contoh yang sama juga dapat kita lihat bagaimana Unilever membagi pasar produk sabunnya dalam 3 merek, yaitu Lux (untuk kecantikan wanita dengan segala manfaat dari sabun Lux), Lifebuoy (Kesehatan-keluarga) dan Dove (kecantikan sejati karena cantik itu tidak mengenal usia, ras dan batasan yang lain sera menonjolkan keistimewaan formulanya yang hingga kini belum bisa dicontek oleh produsen sabun dimanapun), atau bagaimana SOSRO membagi konsumennya berdasarkan jenis produk teh botol SOSRO (umum), ESTEE (menyukai volume / isi lebih banyak) dan FRUIT TEE (anak muda / khususnya anak sekolah yang menyukai teh rasa buah & cenderung suka rasa manis).
Nilever tidak saja menjawab kebutuhan pasarnya tetapi juga memastikan kempetitornya untuk berfikir beberapa kali sebelum menyemplungkan diri kekancah persaingan tersebut.
NICHE MARKET
Pemasaran ceruk adalah satu hal yang berbeda. Dalam segmentasi, pemasaran ceruk ini dilakukan dengan memilih satu kelompok konsumen yang merupakan kelompok kecil/eksklusif dari ukuran pasar yang ada, jumlahnya sedikit dan terbatas namun bukan berarti daya belinya rendah. Dalam pemasaran produk yang premium, mikro marketing yang digunakannya juga adalah ceruk pasar (niche market).
Contoh untuk pemasaran mikro jenis ini adalah Pocari Sweat yang merupakan minuman isotonik. Pasar untuk produk jenis ini memang kecil namun menjelang beberapa tahun terakhir ini mengalami pertumbuhan pasar di atas 50 %, tidak heran apabila awalnya hanya diisi oleh Pocari sendirian dan diikuti oleh beberapa pemain baru dari group Navika / Sinar Mas, Coca Cola (powerade), danone-aqua (mizone), mayora (vitazone), dll.
Untuk produk minuman yang mayoritas dikuasai oleh Teh (sosro) dan AMDK (aqua), pasar produk minuman isotononik ini sebenarnya masih sangat kecil, karena pasar minuman isotonik disebut sebagai niche market.
Perusahaan yang cerdas dan dapat melihat celah bisa jadi mereka bermain di dua pasar yang berbeda. Sebutlah itu Toyota yang meluncurkan merek Lexus yang dikenal sebagai produk kendaraan berteknologi tinggi kelas atas untuk menandingi merek-merek mobil mewah dengan segala kualitas dan penawarannya.
Mengapa bermain di dua tingkatan pasar yang berbeda? Karena Toyota dikenal bukan sebagai produk premiun. Demikian juga Nokia yang mengusug merek murah (di bawah 750 ribu) sampai mendekati 10 jutaan (sekelas communicator) lalu menciptakan merek lain (vertu) yang bernilai ratusan juta rupiah demi keunggulan dan keterwakilan citra eklusifnya.
cobalah
Kini, jika produk anda sudah mencapai usia dewasa, sudah mulai tidak produktif dan cenderung mendatar atau turun. Mungkin kesempatan ini adalah waktu yang tepat untuk adanya perubahan dan bperbaikan.
Strategi spesialisasi mungkin bisa menjadi pilihan bijaksana saat ini jika peninggkatan pendapatan, menguasai pasar serta memenangkan persaingan adalah orientasi anda.
sumber: http://www.cahyopramono.com/
Inilah perilaku manusia modern yang ingin selalu mendapatkan kegampangan/kemudahan. Manusia modern ingin serba istimewa dan istimewa. Dulu, kita menggunakan asal sabun mandi, kini sabun mandi yang ada adalah sabun dengan fungsi-fungsi yang khusus, untuk kecantikan, untuk kulit tertentu bahkan ada sabun mandi yang seolah-olah perduli dengan Kesehatan saja.
Satu untuk semua
Jika kita haus, dan ingin membeli minuman botol, kini sudah tersedia dengan berbagai jenis merek dan keistimewaan. Dulu Teh Botol Sosro adalah satu-satunya produk dari perusahaan yang mengeluarkannya. Pepsoden dulunya hanya memiliki satu jenis produk dengan kemasasn kotak berwarna merah dan putih saja.
Koran jaman dulu biasanya adalah Koran Umum, yang memuat semua berita. Pensil yang kita pakai dahulu hanya satu jenis saja. Sepatu olahraga yang ada juga satu untuk semua. Pabrik sikat gigi dulu hanya memproduksi satu jenis sikat untuk semua jenis gigi.
Konsep pemasaran masal yang memproduksi satu jenis untuk semua pasar sudah banyak ditinggalkan. Perkembangan tuntutan pasar dan persaiangan memaksa produsen untuk menciptakan spesialisasi-spesialisasi demi menjaga dan mengembangkan bisnis. Pasar semakin jeli dan memahami kekhususan itu, daya beli meningkat dan kemauan mereka semakin spesifik.
Satu untuk Satu
Alasan untuk menguasai pasar dan menguasai persaingan mengantarkan para produsen menciptakan kekhususan produk. Salah satu pemain yang piawai menggunakan pemasaran ini adalah Unilever. Di Indonesia, Unilever memiliki 4 merek Shampoo untuk 4 segmen konsumen yang berbeda. Ada Sunsilk untuk mereka (khususnya perempuan) yang memiliki rambut hitam panjang dengan masing – masing manfaat yang ditawarkannya, ada Clear untuk kaum muda (pria & wanita) dengan manfaat utama anti ketombe, ada Lifebuoy yang dulunya adalah merek sabun tapi dikembangkan menjadi shampoo untuk keluarga yang ingin memiliki rambut sehat, harum dan bebas kuman, serta Dove untuk mengatasi rambut masa kini dengan segala masalahnya (khususnya rambut rusak, rambut yang menggunakan hair coloring, dll). Di negara lain kalau anda mengetahui merek LUX, ternyata juga ada shampoo dari Unilever yang menggunakan merek ini.
Kalau pemasaran massal memproduksi hanya satu jenis shampoo untuk siapa saja, namun ada konsumen tertentu yang merasa bahwa shampoo ini tidak menjawab kebutuhan mereka dalam hal tertentu. Dalam hal ini 4 segmen pengguna shampoo dari Unilever adalah contoh dunia konsumen dengan kebutuhan, keinginan serta problematika masing – masing dalam hal merawat rambut.
Contoh yang sama juga dapat kita lihat bagaimana Unilever membagi pasar produk sabunnya dalam 3 merek, yaitu Lux (untuk kecantikan wanita dengan segala manfaat dari sabun Lux), Lifebuoy (Kesehatan-keluarga) dan Dove (kecantikan sejati karena cantik itu tidak mengenal usia, ras dan batasan yang lain sera menonjolkan keistimewaan formulanya yang hingga kini belum bisa dicontek oleh produsen sabun dimanapun), atau bagaimana SOSRO membagi konsumennya berdasarkan jenis produk teh botol SOSRO (umum), ESTEE (menyukai volume / isi lebih banyak) dan FRUIT TEE (anak muda / khususnya anak sekolah yang menyukai teh rasa buah & cenderung suka rasa manis).
Nilever tidak saja menjawab kebutuhan pasarnya tetapi juga memastikan kempetitornya untuk berfikir beberapa kali sebelum menyemplungkan diri kekancah persaingan tersebut.
NICHE MARKET
Pemasaran ceruk adalah satu hal yang berbeda. Dalam segmentasi, pemasaran ceruk ini dilakukan dengan memilih satu kelompok konsumen yang merupakan kelompok kecil/eksklusif dari ukuran pasar yang ada, jumlahnya sedikit dan terbatas namun bukan berarti daya belinya rendah. Dalam pemasaran produk yang premium, mikro marketing yang digunakannya juga adalah ceruk pasar (niche market).
Contoh untuk pemasaran mikro jenis ini adalah Pocari Sweat yang merupakan minuman isotonik. Pasar untuk produk jenis ini memang kecil namun menjelang beberapa tahun terakhir ini mengalami pertumbuhan pasar di atas 50 %, tidak heran apabila awalnya hanya diisi oleh Pocari sendirian dan diikuti oleh beberapa pemain baru dari group Navika / Sinar Mas, Coca Cola (powerade), danone-aqua (mizone), mayora (vitazone), dll.
Untuk produk minuman yang mayoritas dikuasai oleh Teh (sosro) dan AMDK (aqua), pasar produk minuman isotononik ini sebenarnya masih sangat kecil, karena pasar minuman isotonik disebut sebagai niche market.
Perusahaan yang cerdas dan dapat melihat celah bisa jadi mereka bermain di dua pasar yang berbeda. Sebutlah itu Toyota yang meluncurkan merek Lexus yang dikenal sebagai produk kendaraan berteknologi tinggi kelas atas untuk menandingi merek-merek mobil mewah dengan segala kualitas dan penawarannya.
Mengapa bermain di dua tingkatan pasar yang berbeda? Karena Toyota dikenal bukan sebagai produk premiun. Demikian juga Nokia yang mengusug merek murah (di bawah 750 ribu) sampai mendekati 10 jutaan (sekelas communicator) lalu menciptakan merek lain (vertu) yang bernilai ratusan juta rupiah demi keunggulan dan keterwakilan citra eklusifnya.
cobalah
Kini, jika produk anda sudah mencapai usia dewasa, sudah mulai tidak produktif dan cenderung mendatar atau turun. Mungkin kesempatan ini adalah waktu yang tepat untuk adanya perubahan dan bperbaikan.
Strategi spesialisasi mungkin bisa menjadi pilihan bijaksana saat ini jika peninggkatan pendapatan, menguasai pasar serta memenangkan persaingan adalah orientasi anda.
sumber: http://www.cahyopramono.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar