Siapa sangka limbah filter oli mampu disulap jadi lampu hias nan indah. Kepiawaian Adeasmara ini telah membuatnya memiliki produk lampu hias yang mampu menembus pasar global. Renny Arfiani
Bagi Anda yang sering membawa kendaraan ke bengkel tentu tidak asing dengan filter oli. Benda ini tergolong vital untuk kendaraan yang secara berkala perlu dilakukan pergantian. Maka, tak perlu heran jika Ada begitu gamoang menemukan filter oli bekas di sekitar bengkel. Tentu dalam kondisi kotor berlumuran bekas oli dan mungkin orang enggan untuk menyentuhnya. Tapi coba Anda berikan benda itu pada Adeasmara pemilik industri kerajinan berlabel Skala 6. Ia akan mengubahnya menjadi sebuah lampu hias yang unik dan menarik untuk dilihat.
Ada banyak lampu hias yang beredar di pasaran beragam bentuk dan bahan pembuatnya. Ade, demikian pria ini biasa disapa, menyadari tanpa sesuatu yang unik maka sangat sulit baginya untuk bisa eksis dalam mengenalkan produknya. Kebetulan ia memiiki background sebagai desainer interior jadi cukup mengetahui kebutuhan lampu hias sebagai dekorasi. Menurutnya, orang biasa menggunakan lampu hias sebagai pemanis ruangan. Bisa jadi tak hanya cukup satu, namun bisa lebih dalam satu ruangan. “Jika fungsinya sebagai pemanis maka haruslah lampu hias yang unik,” demikian pemikiran Ade. Lantas ia mencoba mendesain lampu hias yang unik dan baru.
Gayung bersambut. Ketika ada perusahaan mobil nasional yang menantangnya berinovasi dengan memberikan material untuk membuat lampu hias secara cuma-cuma. Alhasil, limbah filter oli yang ‘dihibahkan’ padanya diubah menjadi lampu hias nan cantik. Pada kerangka lampu ia tambahkan motif batik nasional seperti batik dari Aceh, Betawi, Bali, Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Ia juga memberi sentuhan warna hitam dan putih sebagai warna utama untuk memberikan kesan elegan pada produk lampu hiasnya.
Pertama kali diperkenalkan ke pasaran respon yang diterima cukup mengejutkan. Ade mengisahkan, dalam sebuah pameran, semua lampu hiasnya habis terjual. Ia optimis bisa mengambil pangsa pasar yang telah lebih dulu dimasuki pemain lain. Pelan-pelan, bisnis yang dimulai sejak lima tahun silam mampu memikat tidak hanya konsumen dalam negeri tapi juga mancanegara.
Ia sama sekali tidak menyangka jika lampu hiasnya bisa menembus hingga ke pasar global. Ketika itu, ia kedatangan seorang pelanggan yang ingin memesan lampu hias. Pelannggan itu malah menawarkan untuk memasarkannya ke Malaysia. “Sebenarnya saya hanya menyasar pasar dalam negeri tapi respon pasar luar negeri justru lebih baik. Peminat lampu hias Skala 6 untuk pasar dalam negeri paling hanya 30% saja, sisanya 70% boleh dikatakan adalah konsumen luar negeri,” kata alumnus Jurusan Arsitektur, Universitas Pancasila ini.
Ulasan selengkapnya dapat dibaca di Majalah Pengusaha edisi 100/November 2009.
sumber: http://www.majalahpengusaha.com/content/view/1258/28/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar