ComScore Inc, lembaga riset global khusus dunia digital, baru-baru ini merilis laporan anyar seputar pengeluaran warga Amerika Serikat untuk berbelanja di dunia maya atau e-commerce. Dibanding tahun lalu, pada kuartal I 2010, nilai penjualan ritel e-commerce di negara adikuasa itu diperkirakan menyentuh angka US$ 34 miliar, naik 10 persen dibandingkan periode sama pada tahun lalu.
Namun, kondisinya jauh berbeda dengan Indonesia. David Audy, Head of Investor Relations MNC Online Division memproyeksi, transformasi belanja konvensional ke arah e-commerce justru baru mulai tahun depan di Tanah Air.
“Saat ini, saya kira masyarakat masih belum siap. Mungkin sebagian besar dari mereka masih menganggap belanja konvensional jauh lebih aman dan nyaman. Sehingga, perlu ada edukasi,” ungkap David.
Ke depan, dia sangat yakin, e-commerce memiliki potensi yang sangat besar untuk digarap. Populasi penduduk Indonesia yang nyaris mencapai 250 juta penduduk menjadi faktor utama. “Sekitar 15-20 persen dari total populasi penduduk, atau sekitar 35-50 juta orang di Indonesia kini sudah menyentuh Internet,” ia menerangkan.
“Dibandingkan Singapura, meskipun penetrasinya 50 persen, market size-nya masih jauh di bawah Indonesia, karena populasinya sedikit,” imbuh David. Untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap e-commerce, menurut David, seharusnya para pemain e-commerce lebih jor-joran dalam promosi, dan edukasi ke pasar. “Pasar sudah ada, tinggal pemasarannya saja bagaimana,” ucapnya.
“Kita tunggu saja tahun 2011. Semua elemen dalam ekosistem mulai bekerja, termasuk penyelenggara e-commerce seperti Rakuten, bank-bank sebagai mitra penyedia platform pembayaran online, pembeli dan penjual,” ujar David optimis. Sumber: Vivanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar